Kamis, 17 Mei 2012

Lagu - Dunia Kita

11 Maret 2011

Waktu yang dirasakan
tak lama sejak kita disini
Tlah terukir kenangan manis
yang sangat sulit dilupakan

Dari sang surya menampakkan dirinya
bersembunyi dibalik awan putih
Hingga malam bertabur bintang menyapa,
selalu menemani

# Ini dunia kita, yang selalu bersama
   Lewati rintangan besar, tapi tetap bertahan
   Walau akan berpisah, gapai sebuah harapan
   Ingatlah kenangan kita, saat masih bersama


Pas baca ide cerita lagu ini dibuku karya-karya gue, ternyata lagu ini didedikasikan buat temen-temen gue yang kena kasus mukul ade kelas disaat-saat menjelang kita UAS (Karbo, Ima, Rio, Marco, Mentes, Emon, Patah, Koko), ga cuma buat mereka juga tapi buat angkatan gue. Waktu itu kita sungguh tertekan banget dengan keadaannya, sampe kita pasrah dan serahin semua ke tangan Tuhan. Mereka sempat terancam ga bisa ikut UAS, tapi Tuhan berkata lain, Dia masih sayang kita. Mereka bisa balik lagi bersekolah dan bisa ikut ujian sampe selesai. Dan pasti mereka ga tau ada kenangan buat mereka, yaitu lagu ini. haha :D ga terasa udah setahun lebih, sekarang kita udah pisah-pisah. Suatu saat kita bakal ketemu lagi :)) miss u guys

Minggu, 01 April 2012

Lagu - Selalu Mencintaimu

This is my first song..
Lyric by Gaby Rumengan (facebook/Gaby M. Rumengan, twitter/@GabyMutiara)
Song by Vera Chintia (facebook/Vera Ch O Manoppo, twitter/@verchintia)
Let's check it out ...

IntRo : G

G Em
 Hati yang terus kau sakiti
 C D
 Hati yang terus kau nodai
 G Em
 Ku tak mengerti apa yang terjadi
 C D
 Tapi ku kan s’lalu mencintaimu
 C G C G
 Hatiku perih, hatiku sakit
 C Em C D
 Tapi cintaku akan selalu memaafkan…

 C G
 Reff : Walau kau tak peduli
 Em D
 Walau kau tak mengerti
 C G D
 Dihatiku hanya ada dirimu
 C G
 Dan kuharapkan nanti
 Em D C G
 Kau akan peduli dan kau akan mengerti
 Em D C
 Betapa besarnya cintaku…. pada dirimu..

INTERLUDE : C – G – D – D (2x)

 C G
 Reff : Walau kau tak peduli
 Em D
 Walau kau tak mengerti
 C G D
 Dihatiku hanya ada dirimu
 C G
 Dan kuharapkan nanti
 Em D C G
 Kau akan peduli dan kau akan mengerti
 Em D C
 Betapa besarnya cintaku…. pada dirimu..

Lagu - T-SKY “Teman Sejatiku”

30 September 2010

Menghabiskan waktu tersisa
Bersama teman sejati
Tak akan pernah terlewatkan

Setiap waktu bersama
Kita bergandengan tangan
Aku berharap takkan kau lepas

Oh.. Teman Sejatiku
Jangan kau lepas tanganku
Kita melangkah bersama

Kelangit biru lewati awan putih
Meraih mimpi menggapai cita-cita
Dengan senyuman kita menyapa dunia
Bersama-sama kita pasti bisa

Ini adalah sebuah lagu ciptaan saya, mengapa saya memilih tema Persahabatan ? Saat ini saya masih duduk dibangku sekolah, saya terinspirasi dengan keadaan kelas saya yang memiliki kebersamaan yang sangat erat. Kalimat “kelangit biru lewati awan putih” sangat menggambarkan kondisi kelas kita yang bertemakan SKY. Terdapat berbagai perbedaan yang mampu kita satukan untuk meraih cita-cita dan harapan kita setinggi langit. Ini adalah saat-saat terakhir kita bersama dalam angkatan VI SMA Kristen 2 BINSUS Tomohon. Langkah akhir sudah didepan mata, kita saling menopang untuk meraih cita-cita dan harapan setinggi langit. Jangan lupa kita adalah Teman Sejati.

Cerpen - Penantian Natal Nicholas Blake

Nicholas Blake, anak satu-satunya dari keluarga Adam Blake dan Anna Pratamy ini, ditinggal orang tuanya ke London saat berusia 3 tahun. Ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya di Jogjakarta.

“ Ibu, Nico kami tinggalkan disini ya ?” Adam memohon.
 “Tapi berapa lama kalian tinggalkan Nico disini ? Dia membutuhkan kasih sayang kalian.”
 “Kami bekerja untuk Nico bu, tiap bulan kami akan mengirimkan uang untuk kebutuhan
 Nico” kata Adam.
 “Kami tak akan lama disana bu, kami akan kembali menjemput Nico.” Sambung Anna.
 “Baiklah, hati-hati dijalan.”

Nico nama panggilannya, tak seperti anak kecil pada umumnya. Dia senang membantu kakeknya dikebun singkong tempat kakeknya mencari upah. Setiap ia pulang sekolah Nico langsung membantu kakeknya.

“Nenek, selamat siang … Kakek mana nek ?” tanya Nico.
 “Kakek ada di kebun nak.”
 “Ohh… Aku bantu kakek dulu yaa…”
 Di kebun…
 “Kakek” teriak Nico.
 “Hei, Nico! Cepat sini, kakek menemukan sesuatu.”
 “Apa itu kek ?”
 Sebuah singkong berukuran besar ditemukan kakek di kebun tempat ia bekerja.
 “Wouw… Sangat besar kek. Pasti nenek dirumah kaget saat melihat singkong ini. Kek,
 bolehkah kita membawanya pulang ?”
 “Boleh. Kamu bisa membawanya sendiri ?”
 “Bisa kek…” teriak Nico penuh semangat.

Beberapa tahun berlalu, tak terasa Nico telah berumur 8 tahun. Kali ini perayaan Natal ke-6, Nico merayakannya bersama kakek dan neneknya dengan sederhana. Saat itu, Nico teringat akan kedua orang tuannya. Ia sama sekali tidak mengingat sosok wajah kedua orang tuannya, tak sepotong pun peninggalan orang tuanya yang ditinggalkan.

“Selamat natal Nico…”
 Nico terbangun…
 “Natal ? Hari natal ? Natal …” teriak Nico
 “Iya nak, sekarang hari natal. Kamu mandi dan siap-siap kegereja.” Kata nenek.
 “Baik nek,”

 Nicholas beserta kakek dan neneknya pergi bersama kegereja. Mereka merayakan natal dengan hati sukacita.

Saat makan malam…
 “Nek, apa kabar mama dan papa ?”

 Kakek dan nenek Nico kaget. Mereka mulai mencari alasan yang harus dikatakan kepada Nico.

 “Mama dan papa baik disana. Mereka pasti…”
 “Nico kangen mama dan papa nek” sambung Nico.
 “Iya, mereka pasti merindukan kamu Nico.”

 Malam itu, disaat kesendiriannya Nico menangis, air mata yang tercurah mengingatkannya akan orang tuanya yang dianggapnya sudah tidak peduli lagi padanya. Sudah bertahun-tahun ayah dan ibunya tak menujukkan batang hidungnya.
 “Mengapa mama dan papa tak datang malam ini ? Apa mereka sudah tak mengingat Nico lagi ? Nico rindu mama dan papa…” kata Nico sambil menangis.

Hingga malam itu berlalu, tidur lelap pun menemani Nico. Keesokan harinya Nico duduk didepan rumah berharap orang tuanya muncul di depan matanya saat itu juga. Tapi, itu hanya sia-sia, Nico hanya membuang watunya untuk sesuatau yang tak mungkin.

 Hari natal pun berlalu dan tahun baru menanti.
 Nico mulai menjalani kehidupannya seperti biasa, bersekolah dengan tekun, membantu kakeknya dengan rajin, dan banyak hal positif lainnya yang ia kerjakan.
 Nico anak yang sangat berprestasi disekolahnya. Ia selalu mengikuti lomba-lomba akademik ataupun non-akademik.

 7 tahun kemudian…
 Nico menginjak kelas X di salah satu SMA swasta di jogjakarta. Pergaulannya mulai meluas. Dia mulai menemukan jati dirinya. Tak berbeda dari kehidupan yang sebelumnya, Nico memang sangat pintar, dia selalu terpilih menikuti berbagai kegiatan-kegiatan untuk mewakili sekolahnya. Hingga suatu saat, Nico mendapatkan beasiswa melanjutkan sekolahnya di Australia. Kabar itu sampai juga ke telinga kakek dan nenenknya. Sangat berat buat kakek dan neneknya untuk mengiyakan kabar itu. Tapi, dengan banyak keputusan akhrinya mereka mengizinkan Nico untuk bersekolah di Australia.

 Sore itu, saat dibandara…

“Kakek, nenek, Nico berangkat dulu yaa…” kata Nico tersenyum.
 “Iya Nico. Tak terasa kamu sudah besar, bertahun-tahun kakek dan nenek merawatmu tanpa beban sama sekali. Kamu hati-hati disana, jaga dirimu baik-baik, jangan sampai
 terpengaruh hal-hal yang negatif, dan selalu andalkan Tuhan dalam segala hal.”
 Kata nenek.
 “Baik nek, aku akan selalu mengingat kakek dan nenek yang telah merawat dan menjagaku hingga aku bisa seperti ini. Aku akan kembali membawa kesuksesan untuk kakek dan nenek. Itu pasti. Aku sayang kakek dan nenek.” Kata Nico.

“Para penumpang dengan tujuan Sydney, Australia segera menuju ke ruang tunggu..”
 Terdengar suara yang menandakan bahwa Nico harus menuju ke ruang tunggu. Untuk terakhir kalinya Nico mencium tangan kakek dan neneknya, Nico tak tahan lagi saat ia meneteskan air mata dan akhirnya menangis didepan kakek dan neneknya.
 Nico melangkah dan menuju ruang tunggu. Ia melirik kakek dan neneknya dan tersenyum, itulah hal terakhir yang bisa ditunjukkannya kepada mereka.

Saat di Australia, Nico selalu mengerjakan tugasnya dengan baik. Hingga akhirnya ia dapat menyelesaikan S-1 di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Australia dan sudah mulai bekerja sebagai direktur salah satu perusahaan. Saat ia sedang mengurus kelanjutannya di program S-2 tiba-tiba nomor telepon tak dikenal menelponya berkali-kali.

 Zzztt…Zzztt…Zzztt…
 “Halo…”
 “Halo, ini dengan saudara Nicholas Blake ?”
 Terdengar suara yang sangat bising dari kejauhan sana…
 “Ya, benar. Ini dengan siapa ?”
 “Em, kami dari kepolisian daerah Jogjakarta menyampaikan bahwa dini hari tadi sekitar pukul 4 pagi, kediaman kakek dan nenek anda terbakar. Dan saat ini kami menemukan kakek dan nenek anda sudah dalam keadaan meninggal dunia.”

Sekejap Nico terdiam dan ia tak sadarkan diri. 15 menit kemudian, Nico tersadar, ia di temukan pinsan di depan kantornya.
 Saat itu juga Nico langsung memesan tiket kembali ke Jogjakarta.

Saat Nico tiba di Jogjakarta…

“Selamat siang…” kata Nico lemah.
 “Saudara Nicholas Blake ?” tanya salah seoran polisi.
 “Ya, saya Nicholas. Dimana kakek dan nenek saya ?”
 “Maaf saudara Nico, kami terlambat memberikan bantuan.”
 “Kalian!! Mengapa kalian tak menyelamatkan kakek dan nenek saya ?”
 “Sekali lagi kami minta maaf saudara Nico.”

Nico terdiam, ia tertunduk di depan jenasah kekek dan neneknya. Ia menangis dan terus
 menangis hingga saat pemakaman tiba, Nico sangat lemah, kerjaanya selalu melamun. Nico tak menyangka secepat ini orang yang paling ia sanyangi telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Sebulan telah berlalu…

Nico sudah bisa melupakan kesedihan yang melandanya beberapa waktu yang lalu. Nico memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan melanjutkan program S-2nya disana. Saat Nico sampai di Bandara Soekarno-Hatta, tak sengaja ia berpapasan dengan seorang gadis cantik. Saat itu Nico serasa berada disuatu tempat yang indah.
 Di Jakarta, Nico mencari sebuah apartemen untuk tempat tinggalnya. Beberapa hari kemudian, tak disangka-sangka gadis cantik yang ditemuinya di bandara beberapa waktu yang lalu tinggal di depan ruangannya.
 Saat itu, Nico keluar dari ruangannya dan…
 Bufftt!!!
 Buku-buku berserakan di lantai depan ruangan mereka…

“Maaf, saya tidak sengaja…” kata Nico.
 “Emm, tidak apa-apa.” kata gadis itu sambil mengangkat buku-bukunya yang berserakan.
 “Kamu tinggal disini ?” tanya Nico berharap.
 “Kok tahu? Iya, saya memang tinggal disini sejak 3 bulan lalu. Kamu baru pindah ?”
 “Hahahh, saya memang baru pindah, saya baru 2 hari disini.”
 “Saya Flourida, kamu ?”
 “Hahh ? Saya Nicholas, panggil saja Nico”
 “Nico. Salam kenal ya. Emm, saya masuk dulu ya.”

Flou masuk ke ruangannya dan Nico melanjutkan aktivitasnya.
 Hari demi hari dilewati bersama, Nico selalu bahagia saat bersama Flou. Saat mereka
 saling bertukar pikiran, ternyata Flou adalah anak dari pemilik apartemen tersebut. Saat Flou mengetahui bahwa tujuan utama Nico ke Jakarta adalah mencari pekerjaan, Flou berinisiatif memperkenalkan Nico kepada ayahnya.
 Keesokan harinya, Nico dipertemukan dengan Frans Sutantjo, seorang pengusaha terkemuka di Jakarta dan sekaligus ayah dari Flourida. Dengan pembicaraan empat mata yang cukup lama, akhirnya Nico diterima di salah satu perusahaan sebagai direktur.

 Seminggu kemudian…

 Kedekatan Nicholas dan Flourida menuju pada suatu hubungan lebih dari sahabat. Mereka sudah saling membuka diri untuk mengenal lebih dalam satu sama lain. Berbulan-bulan mereka berdua lewati bersama. Sampai suatu saat Nico naik jabatan menjadi presiden direktur, semua karena kualitas Nico sebagai direktur sangat baik.

 Pagi itu…

 Zzztt…Zzztt…Zzztt…
 “Halo” kata Nico mengangkat telepon.
 “Apa benar ini Nicholas Blake ?”
 “Ya benar, anda siapa ya ?”
 “Emm, apa anda sibuk hari ini ?”
 “Anda siapa ?”
 “Saatnya belum tepat untuk mengakui identitas saya sekarang.”
 “Jadi apa mau anda ?”
 “Saya tunggu anda di taman kota jam 7 malam”
 “Saya…”
 Tett..Tett..Tett…
 Telepon terputus.

 Pikiran Nico bertanya-tanya tentang siapa yang menelpon dia tadi. Nico sangat penasaran dengan suara perempuan di seberang sana.

 Hari itu Nico sengaja tak pergi ke kantor, tubuhnya yang sangat lelah membuatnya tak beranjak dari tempat tidurnya.

 Saat jam menunjukkan pukul 11.00 pagi…

 “Nico..Nick…” panggil Flou dari ruang tamu.
 “Yaa… Saya disini Flou” tariak Nico.
 “Hei, jam berapa ini Nick ? Kamu tidak kerja ?”
 “Hahh ? Saya capek sekali Flou. Istirahat dulu ya…”
 “Ohh, nih saya bawakan sarapan buat kamu”
 “Terima kasih. Letakkan saja dimeja, nanti saya makan.”
 “Nick, kamu kenapa ? Mengapa kamu lain hari ini ?”
 “Flou, tadi ada yang menelpon saya. Dia tidak mau mengatakan identitasnya, dia meminta saya untuk bertemu di taman kota malam ini. Saya penasaran Flou…”
 “Lalu, kamu akan bertemu dengan orang itu nanti malam ?”
 “Kata hati saya, saya harus bertemu dengan orang itu. Tapi…”
 “Mau saya temani ?”
 “Kamu sibuk nanti malam ?”
 “Hari ini saya tidak sibuk, bisa tidak ?”
 “Baiklah kamu bisa ikut bersama saya malam ini”

Waktu menunjukkan pukul 06.15…

“Flou, kamu sudah siap ? Jangan sampai kita terjebak macet”
 “Iya, saya ambil tas dulu…” teriak Flou.
 “Kamu masuk mobil duluan, saya ambil uang dulu”
 “Jangan lama ya..”

Dalam perjalanan…

“Flou, siapa ya orang itu ?” tanya Nico.
 “Emm, kamu punya saudara yang sudah lama tidak bertemu ?”
 “Sepertinya tidak ada. Saya hanya mempunyai kakek dan nenek dan mereka sudah meninggal 3 tahun lalu.”
 “Pasti orang itu pernah dekat dengan kamu Nick.”
 “Tapi siapa ?”
 “Tak lama lagi kita sampai Nick.”

Waktu menunjukkan pukul 07.05…
 Nico dan Flou tak menemukan sesosok wanita yang telah membuat janji. Sampai akhirnya seseorang menepuk belakang Nico. Saat Nico memalingkan badannya, berdiri pasangan suami istri di depan mereka berdua. Tiba- tiba jantung Nico berdetak kencang.

“Nico, Nicholas Blake ?” kata wanita itu.
 “Kamu siapa ? Mengapa kamu tahu nama saya ? Saya tidak mengenal anda.”
 “Nico, ini mama dan papa nak…” kata wanita itu sambil menangis.
 “Mama ? Papa ? Tidak mungkin… Mereka telah meninggalkan saya selama 21 tahun.
 “Maafkan kami berdua Nico, kami bersalah telah meniggalkan kamu.”
 Tiba-tiba Nico meneteskan air mata, Nico tak bisa menahan kerinduannya terhadap kedua orang tuanya.
 “Jadi, kalian adalah kedua orang tua saya ?”
 “Iya nak, kami orang tuamu. Kami datang kemari untuk menjemputmu kembali ke London.”
 “Apa ? Kembali ke London ?
 “Saya tidak bisa meninggalkan semua yang telah kumiliki di tempat ini.” Bantah Nico.
 “Kami membutuhkanmu Nico untuk meneruskan usaha mama dan papa disana.”
 “Mungkin mama dan papa tidak tahu. Saya sampai saat ini karena kakek dan nenek, saya menjadi seperti ini karena mereka juga. Apa dengan semudah itu, saya harus menuruti kemauan mama dan papa ?”
 “Tapi, Nico. Kami membutuhkan kinerja kamu disana.”
 “Ma, selain itu saya tak bisa meninggalkan orang yang saya cintai. Dia telah menjadi motivasi saya selama ini. Maaf ma, aku tidak bisa.”
 “Nico, kalau begitu maumu, kami tak bisa berbuat apa-apa. Tapi satu hal mama mohon, minggu depan saat natal, mama ingin kamu hadir ditengah-tengah kami berdua. Kami sangat rindu merayakan natal bersama kamu Nico.”
 “Ma, bertahun-tahun saya menunggu mama dan papa. Aku sangat berharap suatu hari nanti ada suara mama, ada suara papa yang menyanyikan selamat natal kepada saya.”
 “Kami minta maaf akan hal itu, tapi apa kamu bisa datang Nico ?”
 “Saya akan datang bersama Flou.”
 “Baiklah, kami tunggu”

Malam itu berlalu. Kehidupan Nico seakan seperti dulu lagi. Ia merasakan kembali
 suasana hati memiliki keluarga yang utuh. Hari-hari Nico selalu ditemani perasaan yang gembira.

 Natal pun tiba…
 “Ma, saat-saat seperti ini yang saya impikan. Saya sangat bahagia merayakan natal bersama orang-orang yang saya cintai. Mama, papa, Flou… Terima kasih atas semuanya.”


# Tugas akhir kelas 2 SMA, disuru buat cerpen..

Puisi - Mimpi

Malam pun telah tiba
Bisingan keributan pun mulai tak terdengar
Hanya kudengar serangga malam yang kecil bersahut-sahutan
Membentuk melodi yang indah

Kumencoba memejamkan mata,
Menenangkan pikiran
Dan tak kusadari, kuterbawa suasana
Dimana aku berada disatu titik
Titik yang membawa aku disuatu
Kehidupan yang nyata,
Itulah “mimpi”

Mimpi yang membawa aku
Di sebuah angan untuk meraih
Satu genggaman, harapan dan impian

Serasa aku tak mau
Beranjak dari mimpiku itu
Karena masih banyak jalan
Yang ingin kutempuh dalam mimpi itu
Tapi tak mengapa,
Ketika kubuka mata kehidupan nyata,
Ku lihat keberhasilan sudah terbentang didepanku

# Tugas mengarang puisi waktu gue masih kelas 1 SMA :D

Naskah drama - Cinta Sesaat, Selamanya Sahabat


PROLOG
            Sahabat adalah seseorang yang sangat dekat, yang telah mengerti dan memahami kehidupan kita. Semua hal telah dilewati bersama, canda, tawa, tangisan air mata telah mewarnai hari-hari kita. Empat siswa SMA Altavia Bandung merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang telah melewati hal tersebut. Mereka telah mengerti dan memahami kehidupan mereka satu sama lain. Tapi, apa jadinya jika masalah datang melanda persahabatan mereka ? Akankah persahabatan yang erat itu akan berakhir ?
            Inilah kisahnya...



            Teng...teng...teng... (bel istirahat telah berbunyi)

Queensie         : (dengan tergesa-gesa berlari menuju Nara) “Nar, ke kantin yuk...”

Nara               : (berpikir lama) “Em... Mau deh, tapi ajak Nick sama Ichat ya...”

Queensie         : “Terserah deh, yang penting rame... Panggil gih !”


            Kantin yang ramai...


Queensie         : (berteriak) “Hey kalian mau makan apa ?”

Nick                : “Sama kayak kamu aja...”

Queensie         : (berteriak) “Mbak, aku kwetiau goreng sama orange jusnya 4 ya...
                          GPL ya...”
           
Mbak Tina     : (sibuk melayani pelanggan) “Iya, iya... ntar mbak bawa ke meja neng...”

Queensie         : “Dituggu ya mbak... Makasih...”
           

            7 menit berlalu...


Ichat               : (sudah kelaparan) “Queen, lama nih... Kapan makannya ?”

Queensie         : (membujuk Ichat) “Ya... Mungkin Mbak Tina banyak pelanggannya... Dikit lagi !”

Nara               : (berteriak senang) “Makanan kita tiba... Huft, udah lapar banget nih...”





            Mbak Tina datang...


Mbak Tina     : (takut) “Aduh maaf neng, tadi banyak sekali pelanggan...”

Queensie         : (sambil tersenyum) “Ahh, ga apa-apa mbak... Makasih ya...”

Ichat               : “Santai mbak !! Hahahaha...”

Queensie         : “Sst !! Jangan gitu, orang tua tahu !!”

Mbak Tina     : (tersenyum) “Neng, mbak permisi dulu ya...”

Ichat               : “Ok mbak ! Hati-hati...”

Nara               : “Ihh, kamu tuh udah dibilangin dari tadi jangan gitu !!”


            Nick datang...


Queensie         : (kaget) “Hey, dari mana aja kamu ?”

Nick                : “Biasa, ‘panggilan alam’...”
                          (berbisik) “dari WC...”

Nara               : “Ihh, jorok banget sih kamu ! Lagi makan nih...”

Nick                : “EGP !!”

Queensie         : “Udah-udah, yuk makan... “



            Pulang sekolah...


Nara               : “Aku duluan ya...”

Queensie         : “Ok ! Kalu begitu kita tunggu di depan 21 ya...”

Ichat               : “Jangan buat kita nunggu lama ya...”

Nara               : “Ihh, kamu nih bercanda terus dari tadi... Awas ya kalau sampai aku yang nunggu kalian!”





Nick                  : “Hey Nar, udah dari tadi ya ? Sorry, kita telat... Tadi jalanan macet...”

Nara                 : “Ya... 10 menitan sih... Emangnya kita mau ngapain sih disini ?”

Queensie           : “Ada film terbaru loh Nar,.. Kita ga mau dong ketinggalan, lagian malas ah langsung pulang...”

Nara                 :” Ah, emang kamu ga pernah betah tinggal dirumah lama-lama kan ?”

Queensie           : (tertawa) “Iya juga sih...”

Nara                 : “Eh, habis nonton ke rumah aku ya...”

Ichat                 : (kaget) “Hah ? Ngapain Nar ? Makan-makan ya ?”

Nara                 : “Em, kebetulan mama baru pulang dari Ausi, ya banyak ole-ole gitu sih...”

Nick                  : “Jadi, kita kebagian nih ???”

Nara                 : “Em, liat bentar aja ya...”


                          3 jam kemudian, di rumah Nara...



Nara                 : “Eh, anggap aja rumah sendiri...”

Ichat                 : “Mau rumah kamu, rumah Nicky, bahkan rumahnya Queen, selalu aku anggap rumah sendiri kali...”

Queensie           : “Nar, mana ?”

Nara                 : “Naik gih, ada di kamar aku...

                          Mereka berempat menuju lantai 2 paling pojok, yaitu kamar Nara...”

Nick                  : (kaget) “Wow... Ini semua buat kita nih ?”

Nara                  :” Bukan ! Ya iyalah buat kalian semua... Ngapain coba kalau bukan buat kalian aku liatin semuanya ?”

Ichat                  : “Nar, udah, jata aku udah di ambil nihh...”

Queensie           : “Hey, ga sopan banget sih kamu !!”

Ichat                  : “Biarin !! Ble... (sambil mengeluarkan lidahnya)”

Nick                  : “Eh, Nar... Makanan dong ?”

Nara                 : “Oh iya aku lupa,.. Sebentar ya aku ambil dulu...”

Ichat                 : “Ok ! Kita tunggu disini...”


                          5 menit kemudian...
                          Nara membawa sekantong cokelat asli dari Ausi,..


Queensie           : ”Nar, ga salah nih ? Kamu mau buat kita kenyang dengan cokelat-cokelat ini, mau buat kita jerawatan ya ?”

Nara                 : ”Eist... Jangan salah, ini makanan berkualitas ya !”


                          Jam 16.45 Nick, Ichat dan Queensie beranjak pulang ke rumah mereka masing-masing...

                          2 bulan kemudian...

Queensie           : “Sa, Nara kemana ? Kok udah 2 hari ga masuk sekolah ? “

                          Lisa yang tinggal bertetangga dengan Nara tidak mengetahui kabar Nara 3 hari belakangan ini... Lisa sudah tidak melihat satu pun keluarga Nara yang keluar rumah...

Lisa                   :” Udah 3 hari belakangan ini aku gak melihat Nara dan keluarganya... Mungkin mereka lagi liburan...”

Queensie           : (heran) “Liburan ? Ini kan bukan waktu liburan ?”

Lisa                   : “Ya... Aku juga berpikir seperti itu...”

                          Queensie masih ragu kalau Nara beneran liburan dengan keluarganaya... Tidak biasanya Nara menghilang tanpa kabar seperti ini... Perasaan Queensie mulai tidak enak...

                          2 hari kemudian, Nara datang kesekolah dan mengahadap kepala sekolah...

Ichat                 : “Queen, Nara tuh ada di ruang kepala sekolah... Ngapain ya dia disana ?”

Queensie           :” Yang bener kamu ? Aku ga mau feeling aku bener...”

Ichat                 :” Emang apaan ?”

Queensie           : “Aku takut kalau Nara pindah sekolah...”

Ichat                 : “Ah, bukan kali... Mungkin lagi mengurus administrasi...”

Queensie           : “Kok mengurus administrasi sama kepala sekolah ?”
                          Nick datang...

Nick                  : (penasaran) “Ada apa ini ? Queen ?”

Ichat                 : “Nara pindah sekolah Nick...”

Queensie           : “Sembaarangna kamu Chat ! Nara ga bakal pindah...”

Nick                  : “Berita apaan tuh ? Ga ah, dia ga bakalan pergi ninggalin kita bertiga...”


                          Saat Nara keluar dari ruang kepala sekolah Queensie mengahampirinya untuk bertanya apa yang terjadi... Dan ternyata feeling Queensie benar...


Queensie           : “Nar, kamu ngapain ke ruang kepala sekolah ? Lalu kenapa udah beberapa hari kamu ga masuk sekolah ?”

Nara                 : “Maafin aku Queen, aku harus ikut orang tuaku ke Ausi...”

Queensie           : (belum percaya) “Apa ? Nar, kamu bohong kan ? Nar, aku ga mau kamu ninggalin kita disini...”

Nara                 : (meneteskan air mata) “Aku harus ikut orang tuaku Queen... Mereka ditugaskan disana 5 tahun, aku ga bisa sendirian disini dalam jangka waktu yang begitu lama... Maafin aku Queen...”

                          Nick dan Ichat berlari menuju tempat Nara dan Queensie...

Nick                  : (bingung) “Nar, kenapa nangis ?”

Ichat                 : “Wah, peringatan hari nangis sedunia ya ? Queen juga nangis Nick...”

Nick                  : (makin bingung) “Queen ???
                          Ada apa ini ?”

Nara                 : “Guys, maafin aku...”

Nick                  : “Maaf ??? Tunggu dulu, aku belum mengerti maksud dari ini semua...”

Queensie           : “Nick, Nara... Nara mau...”

Nara                 : (memotong pembicaraan) “Aku mau pindah ke Ausi...”

Nick                  : (kaget) “Apa ? Pindah ?”

Ichat                 : “Nar, apa maksud kamu ? Kamu bohong kan ?”

Nara                 : “Chat... Nick... Queen... Sebenarnya kemarin saat kalian ke rumaku, aku mau ngasih tahu tentang kepindahanku ini... Tapi, aku ga sanggup mengatakan hal itu ke kalian... Mafin aku...”

Queensie           : “Tapi kan kamu bisa tinggal bersamaku... Kenapa harus ke Ausi ?”

Nick                  : (berusaha menenangkan Quennsie) “Queen, kita harus menerima keputusan Nara... Kita ga boleh dong menyampuri urusan keluarganya...”

Ichat                 :” Betul Queen... Kamu harus menerima keadaan ini...”

Nara                 : “Aku ingin kalian mengantarku ke ariport besok... Mau ya ???”

Nick                  : “Pasti, kita pasti ngantarin kamu....”

                          Queensie mengangis tak hentinya, pundak Nick menjadi tempat sandaran Queensie... Queensie tak henti-hentinya bertanya, mengapa hal ini terjadi pada hubungan persahabatan mereka ? Nick hanya diam, dia tak bisa menjawab pertanyaan Queensie...

                          Waktu berlalu, esoknya dibandara...

Nara                 : “Nick, jaga Queensie ya... Kalau sampai ada apa-apa, kamu orang pertama yang aku salahin...”

                          Queensie hanya berdiam diri...

Nick                  : “Aku tahu itu Nar...”

Ichat                 : (berbisik) “Nar, kalau kamu ke Bandung jangan lupa ya ole-olenya... Anggaplah kamu habis liburan disana...”

Nara                 : (tersenyum)


                          “Perhatian-perhatian, bagi penumpang Garuda Indonesia dengan tujuan Australia silahkan ke ruang tunggu...”


Nara                 : “Guys, it’s time... Aku pergi ya...”

Queensie           : “Nara... (berlari dan memeluk Nara) Ga ada yang bisa menggantikan posisi kamu sahabat... Aku akan selalu merindukanmu...”

Nara                 : (tersenyum dan berusaha menghilangkan rasa sedihnya) “Tentu, aku akan selalu merindukan kalian bertiga...”

Ibu Lussie        : “Nara, ayo nak... Kita udah terlambat...” (teriak mama Nara)


Nara                 : “Iya ma...
                          Queen... Nick... Chat... Aku pergi ya... Tambah akrab ya...
                          Nick... Chat... Jagain Queen ya...”

                          Nara pergi, Nick, Queen dan Ichat seperti kehilangan nyawa saat itu...
                          Mereka pun kembali ke rumah mereka masing-masing...

                          2 bulan kemudian...

Ibu Dinna         : (mengetok pintu kamar Queensie) “Queen... Queensie... Kamu mau ikut tour ga ? Udah setengah tujuh nih...”

Queensie           : (bangun dari tidurnya) “Iya ma... Aku siap-siap dulu...”

                          Hari ini SMA Altavia Bandung menyelenggarakan kegiatan dua tahunan mereka yaitu tour keliling Eropa... Selama dua minggu mereka akan mengunjungi tempat-tempat terkenal didunia... Saat bverkumpul disekolah...

Nick                  : “Queen, Ichat kan ga ikut tuh... Aku yang harus jagain kamu sendirian disana, jadi kamu ga boleh terpisah dari aku ! Ngerti ?”

Queensie           : (mengangguk)

Ibu Junia          : “Ayo anak-anak naik ke pesawat sekarang...”

Nick                  : (sambil menggenggam tangan Queensie) “Ayo, jangan lepasin tangan kamu...”

                          7 jam perjalanan ke Inggris membuat Queensie tertidur di pundak Nick selama perjalanan... Mereka pun sampai...

                          2 jam kemudian...

Nick                  : (menelpon Queensie) “Kamu tunggu aku di lobi ya... Sebentar lagi aku turun...”

Queensie           : “Cepat ya... Aku paling benci mengunggu...”

Nick                  : “Iya.. iya...”

                          Hari pertama mereka mengunjungi beberapa tempat di Inggris...

                          Selama dua minggu tersebut, Queensie merasakan sesuatu yang mengganjal saat dia bersama Nick... Ternyata Queensie menyukai Nick, dengan perhatian Nick yang ga biasanya, Queensie selalu menyasa nyaman saat bersama Nick... Akan tetapi ada Agatha, cewek angkuh yang sepertinya juga menyukai Nick...

Agatha              :” Nick, besok di Paris together ya...”

Nick                  : ”Maaf, aku udah punya teman jalan...”

Agatha              : “Queen maksud kamu ?”

Nick                  : “Kamu ga perlu tahu !!!”

Agatha              : “Apa sih bagusnya Queen ? Dia kan jelek !”

Nick                  : (em... ni anak, yang jelek Queen atau dia sih ?) “Maaf ya, aku ga punya waktu untuk kamu ! Permisi !!!” (dengan nada jengkel)

                          Esoknya di Paris...
                          Queensie dan Nick berjalan di tengah-tengah taman dan menyaksikan indahnya menara Eiffel di malam hari layaknya sepasang kekasih... Akan tetapi, Agatha tiba-tiba menghampiri mereka berdua...

Agatha              : “Nick ikut aku...” (sambil melepas genggaman erat Nick di tangan Queensie)

Nick                  : (pasrah dan mengikuti Agatha) “Queen, aku tinggal dulu ya... Jangan kemana-mana...”

Queensie           : (duduk melamun di taman) “Apa jadinya jika Nick tahu perasaan aku ini ?”

Nick                  : “Queen... Maaf lama, tadi Agatha minta aku nganterin dia pulang ke hotel...”

Queensie           : “Kita pulang yuk !”

Nick                  : “Pulang ? Yakin kamu ? Ini malam terakhir loh kira di Paris... Ga bakal nyesel nih ???”

Queensie           : (salah tingkah) “Ya, kalau begitu mau kamu, terserah deh...”

                          Saat keheningan menemani mereka di taman, kembang api yang di pasang tepat di pepan mereka dinyalakan... Betapa romantisnya malam itu jika saat yang paling ditunggu-tunggu bisa terjadi...

Queensie           : (berpikir dalam hati) “Apa sekarang waktunya ?”

Nick                  : “Queen...”

Queensie           : “Apa ?”

Nick                  : (berpikir lama) “Em... Kita... Kita pulang yuk ???”

Queensie           : (kecewa) “Kenapa ?”

Nick                  : “Dingin nih...”

Queensie           : “Ya, udah kita pulang sekarang...”

                          2 minggu berlalu...
                          Agatha semakin mendekati Nick, hingga Nick melupakan tugasnya untuk menjaga Queensie selama tour... Saat kembali ke Indonesia, Agatha memaksa Nick untuk duduk bersamanya... Disinilah Queensie cemburu berat pada Agatha...

Agatha              : “Nick, duduk bareng aku ya di pesawat ???”

Nick                  : “Terus Queensie gimana ?”

Agatha              : “Ah, tadi aku dengar dia duduk bareng Lisa... Bener kan Queen ?”

Queensie           : (cemburu) “Terserah !!! Aku duduk sendiri aja...”

Nick                  : (memegang tangan Queensie) “Queen...”

Queensie           : (melepaskan genggaman Nick dan pergi)

                          7 jam berlalu...
                          Rombongan SMA Altavia Bandung tiba dengan selamat...

Nick                  : (mencari Queen dan menemukannya) “Queen, aku antar pulang ya...”

Queensie           : “Ga makasih, aku udah dijempu mama di depan...”

Nick                  : “Okelah kalau begitu, hati-hati ya...”

Queensie           : (dalam hati) “Maaf Nick, aku harus bohong... Aku ga di jemput mama...

                          Sampai dirumah...”

Queensie           : (berteriak) “Ma, aku pulang...”

Bi Inem             : “Aduh mbak Queen, ibu masih di kantor sekarang... Sedikit lagi pulang...”

Queensie           : “Ok ! Aku ke kamar dulu ya...”
                          (mengambil telepon dan menelpon Nara di Ausi)

Nara                 : “Halo...”

Queensie           : “Nar, ini aku Queensie. Aku curhat dong...”

Nara                 : “Apa ?”

Queensie           : “Jangan marah ya... Aku suka sama Nick...”

Nara                 : “Oh, yang itu... Aku udah tahu. Aku bisa baca dari cara kamu memperlakukan dia lebih dari Ichat...”

Queensie           : “Terus aku harus ngapain ?”

Nara                 : “Aku ga tahu juga. Eh, bulan depan aku mau liburan ke Bandung...”

Queensie           : “Ah, yang bener kamu ?”

Nara                 : “Masa aku bohong sih ?”

Ibu Dinna         : “Queen... Mama pulang nih...”

Queensie           : “Iya ma... Nar, udah dulu ya... Mamaku udah pulang nih...”

Nara                 : “Ok !”

                          Queensie bercerita pengalamannya selama di Eropa kepada Ibu Dinna mamanya hingga Queensie tertidur...

                          1 bulan kemudian...

Nara                 : “Lama ya nunggunya ?”

Queensie           : (memeluk Nara) “Nara... Aku kangen banget... Apa kabar ?”

Nara                 : (melepas pelukan Queensie) “Siapa kamu ?”

Queensie           : (heran) “Ini Queensie Nar !!”

Nara                 : “Emang kita pernah kenal ???”

Queensie           : “Nar, kamu kenapa ?” (berbalik dan ingin pergi)

Nara                 : (memegang erat tangan Queensie dan memeluknya kembali) “Kabar baik sahabatku... Maaf deh...” (sambil tersenyum)

Queensie           : “Ah, kamu nakal !! Duduk yuk...”

Nara                 : “Nick sama Ichat mana ?”

Queensie           : “Lagi beli makanan. Sebentar lagi mereka datang...”

Ichat                 : (berteriak) “Nara...”

Nara                 : “Hey.. Aku kangen banget sama kalian...” (sambil berpelukan)


                          Mereka berempat seperti kembali ke masa dimana mereka selalu bersama... Tiba-tiba Nara mengangkat cerita tentang perasaan Queensie pada Nick...


Nara                 : “Nick, kalau salah satu dar i kita saling suka gimana ?”

Nick                  : “Kita kan sahabatan, ga mungkin perasaan itu ada... Kalau pun ada, aku lebih baik ga kenal dia sebelumnya dari pada harus merusak persahabatan kita...”


                          Queensie tertekan dengan perkataan Nick barusan, tanpa berpikir apapun Queensie berbalik dan menyebrang jalan raya tanpa memikirkan keselamatannya dan...

                          Bruukkk...!!!

                          Sebuah avanza hitam menabrak Queensie, tubuh Queensie terkapar di jalan dengan kepala yang berdarah. Sejak itu Queensie tak sadarakan diri...
                          Nick, ia terlambat mendengar semua perasaan Queensie yang diceritakan Nara... Hampir satu bulan Queensie koma di rumah sakit. Nick tak beranjak juga dari kamar perawatan Queensie, Nick menyesal dan merasa dialah yang membuat Queensie seperti ini...

Nick                  : (meneteskan air mata) “Queen... Maafin aku, aku yang telah membuat kamu seperti ini... Aku menyesal...”

Nara                 : “Nick, kamu pulang ya... Udah tiga minggu kamu menemani Queensie dan ga pulang-pulang...”

Nick                  : “Aku harus menunggu Queen sadar !”

Nara                 : “Ya udah kalau begitu...”

                          Beberapa hari kemudian Queensie sadar, akan tetapi ada yang mengganjal, Queensie sama sekali tidak mengingat apapun termasuk Nick... Queensie hilang ingatan...

Nick                  : (bahagia) “Queen, kamu udah sadar ?”

Queensie           : (kaget) “Kamu siapa ?”

Nick                  : “Aku Nick, Queen !! Ada apa denganmu ?”

Queensie           : (berteriak) “Suster... suster...”

Suster Nia        : “Ada apa nih ?”

Queensie           : “Suster usir dia ! Aku ga kenal dia !”

Nick                  : “Queen, aku sahabatmu ! Sadar Queen...”

Suster Nia        : “Maaf, anda keluar dulu sebentar ya...”

                          Beberapa menit kemudian dokter memeriksa Queensie...
                          Dokter keluar...

Dokter Aji        : “Kamu sahabatnya kan ?”

Nick                  : “Ya, ada apa dengan Queensie dok ?”

Dokter Aji        : “Pasien mengidap penyakit amnesia, dia tidak mengingat sama sekali tentang masalalunya...”

Nick                  : “Apa dok ? Queensie amnesia ? (meneteskan air mata) Ini semua salahku..”


                          Keluarga dan sahabat-sahabat Queensie berusaha mengembalikan ingatannya dengan membawa Queensie ke tempat-tempat favoritnya... Alhasil mereka gagal...

                          Malam itu, Queensie menulis diary...

Queensie           : “ Diary, aku udah salah besar nih ! Aku berbohong... Sebenarnya aku sehat-sehat aja, aku ga mengidap penyakit amnesia... Tapi kalau bukan dengan cara ini, aku ga bisa mengetahui perasaan Nick... Udah dulu ya diary...”

                          Queensie tertidur di meja belajarnya...

Nick                  : “Malam tante, Queensie ada tan ?”

Ibu Dinna         : “Oh, naik aja. Dia ada dikamarnya...”

Nick                  : “Kalau begitu aku permisi dulu ya...”

                          Nick memasuki kamar Queensie yang sangat di penuhi poster band favoritnya Simple Plan...
                          Nick melihat Queensie tertidur di meja belajarnya... Nick memindahkan Queensie ke tempat tidur. Nick penasaran dengan isi diary Queensie... Dan akhirnya semuanya terungkap. Nick telah mengetahui kebohongan Queensie...

                          Besoknya disekolah...

Nick                  : (menarik tangan Queensie dan menuju samping sekolah) “Queen, ikut aku...”

Queensie           : (kaget dan mengikutinya)

Nick                  : “Sekarnag kamu ga bisa lari dari aku ! Kenapa kamu bohong ?”

Queensie           : “Bohong kenapa ?”

Nick                  : “Kamu sehat-sehat aja kan ? Kamu ga amnesia kan ?”

Queensie           : “Nick, kamu tahu dari mana ?”

Nick                  : “Tuh kan, kamu udah bohong ! Aku udah baca diary kamu semalam...”

Queensie           : “Kamu semalam ke rumahku ya ?”

Nick                  : “Ga penting ! Sekarang hanya satu yang aku inginkan !”

Queensie           : “Apa ? Kamu marah ya ? Kamu ingin mukulin aku ?”

Nick                  : “Aku ga ingin mukulin kamu, aku ga marah, karena aku sayang sama kamu...”

Queensie           : “Aku juga sayang sama kamu, sebagai sahabat...” (tersenyum)




E P I L O G

          Akhirnya, Queensie dan Nick hanya bersahabat. Karena sahabat lebih menyenangkan dari pada pacar. Mereka berempat pun berjanji akan selalu bersama selamanya sebagai Sahabat...





 # Ini tugas akhir gue pas kelas 2 SMA, disuruh buat naskah drama sama guru Bahasa Indonesia.